Minggu, 21 Desember 2014

Yu Jing-yi 92



Orang satu kampungnya yang bernama Tuan Luo Zhen, mencatat kisah Yu Jing-yi bertemu Dewa Dapur serta bagaimana Tuan Yu memperbaiki dirinya, dengan materi ini mendidik anak cucunya. Tuan Yu saat berusia lanjut, kondisinya sehat dan meninggal pada usia 88 tahun.

Kemudian, kisahnya yang sepanjang hayatnya menimbun kebajikan dan memperbaiki diri, sehingga dapat mengubah nasibnya, disebarluaskan dari generasi demi generasi.

Semua orang mengatakan bahwa nasib Tuan Yu adalah karena berhasil diubahnya, ini adalah balasan dari kebajikan yang ditimbunnya.


Tamat



Yu Jing-yi 91



Setelah pulang ke kampung halaman, Tuan Yu kembali menimbun kebajikan, setelah putranya menikah, melahirkan tujuh putra, semuanya amat berbakti, giat belajar dan meraih keberhasilan.



Yu Jing-yi 90



Balasan dari memperbaiki diri ke arah benar adalah tak terbayangkan, dalam pintu Ajaran Buddha segala permohonan akan terkabulkan, hati penuh ketulusan pasti mendatangkan mukjizat, meskipun nasib sesengsara apapun, asalkan niat pikiran diubah, pasti akan ada hari baik yang akan menjelang!


Perasaan suka dan duka yang saling berbaur memenuhi sanubari hati Tuan Yu, sejak itu dia berhenti dari pekerjaannya dan pulang ke kampung halamannya, Perdana Menteri Zhang memberinya hadiah berharga pada Tuan Yu, sebagai imbalan telah mendidik putranya.



Yu Jing-yi 89



Tuan Yu :
Hari ini kita sekeluarga dapat berkumpul kembali, adalah berkat petunjuk welas asih dari Dewa Dapur.

Dewa Dapur sungguh adalah ayahbunda kita, menganugerahkan budi kepada kita……..



Yu Jing-yi 88



Nyonya Yu :
Tak diduga saya masih berkesempatan melihat kalian….
Sepasang mataku sudah dapat melihat kembali!

Putri :
Bunda….

Tuan Yu :
Putri kita bisa memanggil bunda, istriku, apakah kamu mendengarnya?

Nyonya Yu :
Benar, sungguh sebuah keajaiban!  

Putra :
Kakak…..

Nyonya Yu :

Putriku….



Yu Jing-yi 87



Nyonya Yu :
Jing-yi! Saya sudah bisa melihat kalian….!

Tuan Yu :
Istriku!

Putra :
Bunda!




Yu Jing-yi 86


Tuan Yu :
Istriku…!

Nyonya Yu :
Saya tidak apa-apa…

Putra :
Bunda, ananda tak berbakti telah membuatmu menderita….

Sang putra yang larut dalam keharuan mendalam, dengan penuh bakti mengangkat wajah ibunda, lalu menjilati sepasang mata bundanya…




Yu Jing-yi 85



Putra :
Bunda, ananda takkan meninggalkan dirimu lagi…

Nyonya Yu :
Putraku yang baik………
Bunda memikirkanmu hingga rambut memutih, mata pun jadi buta….

Putra :
Bunda, matamu menangis hingga mengalirkan darah…….!




Yu Jing-yi 84



Nyonya Yu :
Apakah kamu adalah putraku?

Putra :
Iya bunda….

Nyonya Yu :
Putraku! Bunda amat merindukanmu………




Yu Jing-yi 83



Tuan Yu :
Istriku, coba terka siapa yang kubawa pulang?

Nyonya Yu :
Kamu adalah…..

Putra :
Ananda sungguh tak berbakti, membiarkan ibunda terlalu bersedih……

sehingga merusak penglihatan…..



Yu Jing-yi 82



Tuan Yu :
Anakku, selama ini ayahbunda  setiap hari memikirkanmu……

Putra :
Ayah….

Kasim Yang :
Kenapa bisa begitu kebetulan?
Sungguh merupakan takdir!
Karena kalian ayah dan anak sudah berkumpul kembali,
anakku, ikutilah ayahmu pulang ke rumah!

Putra :
Ananda berterimakasih atas restu ayah angkat!

Tuan Yu :
Terimakasih atas restu Kasim Yang!




Yu Jing-yi 81



Tuan Yu :
Ternyata benar kamu adalah putraku!

Putra :
Ayah…..


Tak peduli perbuatan apapun yang dilakukan manusia, Tuhan melihatnya dengan jelas.



Yu Jing-yi 80


Kasim Yang:

Baiklah! Anakku lakukanlah!



Yu Jing-yi 79




Putra :
Saya masih ingat memiliki 4 saudara dan 4 saudari, tetapi sebagian besar telah meninggal dunia, hanya tersisa saya dan seorang kakakku…..

Tuan Yu :

Kasim Yang, saya memiliki seorang putra yang hilang sejak usia kecil, keadaaannya serupa dengan yang dikatakan oleh anak ini, di telapak kaki kiri anak itu ada dua butir tahi lalat, bolehkah minta anak ini buka sepatunya untuk mengenalinya?



Yu Jing-yi 78



Putra :
Usia 8 tahun saat bermain-main di luar, salah menaiki kapal yang mengangkut bahan makanan, lalu berpisah dengan ayahbunda dan kampung halaman.
Lalu diadopsi Kasim Yang….

Tuan Yu :
Apakah kamu masih ingat margamu dan keadaan kampung halamanmu…?

Putra :

Rumahku dekat pelabuhan, ayahbunda sangat menyayangiku……



Yu Jing-yi 77



Kasim Yang :
Silahkan.

Tuan  Yu :
Berapa usiamu nak?

Putra :
Saya berusia 16 tahun.

Tuan  Yu :
Oh! Apakah kamu masih ingat di mana kampung halamanmu?

Putra :

Saya adalah penduduk Jiangyou.





Yu Jing-yi 76



Tuan Yu :
Kenapa ada perasaan serupa pernah bertemu dengan anak ini?

Kasim Yang :
Pak guru, sesungguhnya tujuanku mengundangmu kemari adalah……….
Pak guru……
Pak guru!

Ada apa denganmu?

Tuan Yu :
Mohon Kasim Yang memaafkan diriku….
Bolehkah saya berbincang sejenak dengan anak ini?




Yu Jing-yi 75



Kasim Yang :
Bagus! Anak baik!
Cepat beri salam pada pak guru!

Anak-anak :
Hormat kami pada Pak Guru Yu!

Tuan Yu :
Bagus! Bagus!
Kasim Yang! Putra-putra anda sangat patuh!

Kasim Yang:
He He!
Mereka adalah anak angkat yang saya adopsi dari berbagai daerah.
Supaya di hari tua ada sandaran, he he…..

Tuan Yu :

Oh….iya!



Yu Jing-yi 74



barulah ada sedikit prestasi, hari ini saya dapat berhasil, semuanya adalah anugerah budi dari perdana menteri!

Kasim Yang :
Menerima budi orang dan tidak melupakannya, ketenaran pak guru bukanlah semu…….

Tuan Yu :
Kasim Yang terlalu memuji, saya tidak berani menerimanya….

Anak-anak :
Ayah! Ayah!

Ananda memberi salam pada ayah angkat!



Yu Jing-yi 73



Dua tahun kemudian, Tuan Yu lulus ujian seleksi sarjana tingkat provinsi. Tahun berikutnya dia lulus ujian seleksi sarjana tingkat kekaisaran (gelar pendidikan tertinggi pada jaman dulu).

Suatu hari Tuan Yu mengunjungi kasim senior yang bernama Tuan Yang.  

Rumah Keluarga Yang

Tuan Yang :
Pak guru lulus sarjana negara, patut diberikan ucapan selamat!
             
Tuan Yu :

Nasib Yu Du berliku-liku, untung dipromosikan perdana menteri,



Yu Jing-yi 72



Tak diduga semua orang merekomendasikan diriku, akhirnya saya diundang oleh perdana menteri, membawa keluargaku ke ibukota, menjadi guru dari putra perdana menteri. Tidak lama kemudian, perdana menteri mengkagumi moralitas Tuan Yu, lalu membantunya mendaftar dan kuliah di universitas negeri. 



Yu Jing-yi 71



Tiga tahun kemudian yakni tahun 1574, saya berusia 50 tahun, negara mengadakan ujian untuk umum. Ketua panitia ujian adalah perdana menteri yang bernama Zhang Jiang-ling. Ketika ujian selesai dia ingin mencari seorang guru buat putranya. Diriku yang selama ini tidak memiliki tujuan hidup, setelah memperbaiki diri ke arah yang benar, akhirnya nasib pun ikut berubah.



Sabtu, 20 Desember 2014

Yu Jing-yi 70



Setiap tindakan akan disertai dengan banyak pikiran yang baik,

begitu berdiam diri maka takkan ada lagi bentuk pikiran meskipun sehalus apapun.



Yu Jing-yi 69



Setiap akhir bulan saya akan mencatat apa yang saya perbuat dan ucapkan selama sebulan, lalu melaporkannya kepada Dewa Dapur. Dengan demikian lama kelamaan, akhirnya saya berhasil memperbaiki diriku.



Yu Jing-yi 68



Setiap hal yang bermanfaaat bagi orang lain, baik besar maupun kecil, sibuk atau luang, diketahui orang lain atau tidak, tak peduli berapapun kesanggupanku, namun saya tetap melakukannya dengan gembira, hingga berhasil mewujudkannya.

Menuruti apa adanya dan leluasa, perbanyak menimbun kebajikan tersembunyi.


Jika ada waktu luang, saya akan menasehati orang banyak untuk menunaikan kewajiban masing-masing, giat belajar, rendah hati, bersabar, dan menyebarluaskan tentang Hukum Karma.



Yu Jing-yi 67



Andaikata masih memaafkan diri sendiri, maka biarlah saya jatuh ke neraka buat selamanya!

Setiap hari dengan tulus saya mengulang nama Bodhisattva Avalokitesvara sebanyak seratus kali, memohon pemberkatan dari Bodhisattva.


Sejak itu baik pikiran, ucapan maupun tindakanku, ibarat ada Dewa yang sedang mengawasiku, tidak berani menutupinya sama sekali.



Yu Jing-yi 66



Saat permulaan memperbaiki diri, khayalanku masih banyak, selalu diliputi kecurigaan, kemalasan, maju mundur. Waktu terus berlalu, namun tiada kemajuan yang berarti.


Murid, Yu Jing-yi bersumpah di hadapan Bodhisattva, untuk selanjutnya akan lebih tekun melatih diri, mensucikan pikiran.



Yu Jing-yi 65



Hari ini hamba bersujud pada Langit dan Bumi, berikrar memperbaiki diri dan melakukan kebajikan!


Untuk menunjukkan kesungguhan hatiku, namaku diganti menjadi Pembina diri Jing-yi, untuk berterimakasih pada budi Dewa Dapur



Yu Jing-yi 64



Dewa Dapur menunjukkan mukjizatnya….!


Keesokan paginya, Imlek hari pertama



Yu Jing-yi 63



Ah! Apakah dia adalah Dewa Dapur?



Yu Jing-yi 62



Tuan Zhang :
Bila dapat mempertahankannya, maka lama kelamaan jasa yang ditimbun semakin mendalam, maka akan ada hasil yang tak terduga. Keluargamu amat tulus memberi persembahan padaku, untuk berterimakasih padamu, maka itu saya khusus datang menyampaikan kebenaran ini padamu, giatlah mengamalkannya, masih dapat mengubah nasib.

Tuan Yu :

Tunggu!



Yu Jing-yi 61



Yang pertama harus memiliki kesabaran, dalam melakukan kebajikan kadang kala bertemu kesulitan, jika tidak bisa bersabar maka sulit untuk mewujudkannya.


Yang kedua adalah harus memiliki ketetapan hati. Baik dalam suka maupun duka harus tetap bertahan tidak boleh malas dan mengelabui diri sendiri.



Jumat, 19 Desember 2014

Yu Jing-yi 60



Selanjutnya asalkan ada sebersit pikiran buruk yang muncul, maka harus segera dilenyapkan bersih-bersih! Pikiran hanya ditumpukan pada kebajikan saja! Melakukan kebajikan jangan mengharap balasan dan ketenaran! Kebajikan yang tidak mampu dilakukan, dalam hati juga harus turut bergembira atas kebajikan yang dilakukan orang lain, dengan demikian kebajikan diri sendiri barulah sempurna! Tak peduli itu adalah kebajikan besar maupun kecil, gampang maupun sulit, juga harus berusaha mewujudkannya.




Yu Jing-yi 59



Tiada satupun kebajikan yang dibangkitkan dari dalam hati! Bahkan di dalam hatimu penuh dengan pikiran buruk, dan terus bergejolak. Pikiranmu begitu buruk, anda masih berharap agar Langit menurunkan berkah padamu? Ibarat menanami permukaan tanah penuh dengan duri, namun berharap bisa panen buah yang manis, bukankah ini mustahil?



Yu Jing-yi 58



Melihat orang lain berbuat kebajikan, diri sendiri juga ikut termotivasi, juga ingin menjadi orang baik.


Tetapi tabiatmu adalah setelah kejadian berlalu, anda segera melupakannya, akar keyakinan yang tidak mendalam, keteguhan hati yang tidak kokoh, maka itu ucapan dan tindakan bajikmu selama 30 tahun ini hanyalah penampilan semata.



Yu Jing-yi 57



Tuan Yu :
Anda mengetahui segala hal yang tersembunyi…
pasti adalah Dewa!
Tolong selamatkan diriku….

Tuan Zhang :
Anda membaca buku para insan suci dan bijak, mengetahui bahwa dengan melakukan kebajikan akan mendatangkan kegembiraan, ketika anda mendengar nasehat baik, hatimu juga sangat tersentuh.




Yu Jing-yi 56



Tuan Yu :

Saya tidak mencari akar permasalahan diriku, hanya tahu mengeluh dan menyalahkan orang lain, ternyata adalah ketidaktahuan diriku, sehingga mengakibatkan kepedihan selama 30 tahun.



Yu Jing-yi 55



Tuan Zhang :
Untuk menghindari musibah saja sudah tidak sempat, apalagi ingin memohon berkah?

Tuan Yu :
Tuan Zhang, anda telah mengungkapkan seluruh isi pikiranku….
ternyata selama ini saya mengelabui diri sendiri dan orang lain….


Tidak menyadari betapa mengerikan Hukum Karma itu, ternyata pikiran burukku begitu berat, masih tidak menyadarinya, mengira bahwa orang baik tidak mendapat balasan yang baik.



Yu Jing-yi 54



Sesungguhnya hatimu penuh dengan :
ketamakkan
pikiran asusila
tidak sabar
iri hati
pendendam
merasa diri sendiri hebat dan memandang rendah pada orang lain
dan sebagainya

Pikiran buruk yang anda miliki sudah tak terhitung…
pikiran buruk ini telah menjadi tabiatmu, Langit telah banyak mencatatnya….


selanjutnya hukuman yang akan dijatuhkan padamu mungkin akan lebih berat lagi, bukan hanya ini saja!